Recent Posts

Laman

4/28/2011

TALEMPONG BATU TALANG ANAU

Talempong adalah alat musik tradisional Minangkabau, biasanya terbuat dari kuningan dan bentuknya mirip dengan alat musik gamelan yang ada dijawa. Talempong ini telah disusun sesuai dengan tangga nada yang ditentukan oleh masing-masing lempengan batu tersebut, sehingga bisa dimainkan mengikuti irana lagu Tradisional Minangkabau. Batu ini berjumlah 6 ( enam ) buah dan sudah ada sejak zaman dahulu yang terletak di 38 Km arah Utara kota Payakumbuh dan 47 Km dari Sarilamak, dan lebih celaka lagi apabila seseorang yang memukulnya tidak percaya dengan kekuatan magic yang ada pada batu itu serta melecehkan tata cara yang di isyaratkan berdasarkan keterangan penduduk disekitar lokasi, maka si pemukul tersebut akan terkenal kutukan berupa penyakit yang tidak bisa disembunyikan dan juga akan bisa merenggut nyawa.

Talempong adalah alat musik tradisional minangkabau yang lazimnya terbuat dari kuningan dan bentuknya mirip dengan alat musik gamelan dari pulau Jawa. Biasanya talempong digunakan untuk mengiringi nyanyian ataupun tarian tradisional minangkabau. Bunyi dan alunan nada yang dikeluarkan akan membuat perantau merasa rindu kampung halamannya. Namun talempong yang ditemukan di Talang Anau Suliki ini, berbeda sama sekali dengan talempong lazimnya karena terbuat dari batu dengan ukuran yang sangat besar berjumlah 6 buah dan sudah ada sejak zaman dahulu. Bunyi yang dihasilkan persis sama dengan alat musik talempong, sehingga dinamakan Batu Talempong Talang Anau, terletak 38 km arah utara kota Payakumbuh dan dapat ditempuh dengan kendaraan umum sekitar 1 jam lebih.

LEGENDA TALEMPONG BATU, Batu Talempong ini awalnya berserakan di bukit Padang Aro, dan dipindahkan ketempatnya yang sekarang oleh seorang pemuda yang bernama SYAMSUDIN, setelah bermimpi didatangi orang tuanya berturut-turut 3 kali, agar mengumpulkan batu-batu tersebut ke dekat tumbuhnya serumpun bambu yang dinamai Talang dan ditempat itu juga tumbuh pohon Enau (Anau). Anehnya Syamsudin memindahkan batu-batu berukuran besar itu hanya dengan jalinan lidi kelapa hijau. Batu-batu itu digiring seperti layaknya orang menggiring ternak ke kandang sekitar 1 km. Setelah mengumpulkan batu-batu itu, Syamsudin mulai bertingkah aneh, terkadang hilang tak tentu rimbanya, dan muncul tiba-tiba entah dari mana. Karena sering menghilang, penduduk memberinya gelar Syamsudin Tuanku Nan Hilang. Setelah menghilang, tiba-tiba beliau muncul dan meninggalkan pesan agar penduduk menjaga batu-batu tesebut dengan baik, dan apabila ingin membunyikan ataupun memukul batu tersebut, mintalah izin terlebih dahulu dengan membakar kemenyan putih. Karena pada kenyataannya memang terjadi, jika tidak diasapi dengan kemenyan putih, batu tersebut tidak akan mengeluarkan bunyi yang nyaring, tetapi hanya berbunyi layaknya sebuah batu biasa yang dipukul. Keanehan lainnya adalah apabila daerah ini akan ditimpa bencana, musibah ataupun wabah, maka batu itu akan mengeluarkan bunyi menderum, menggelegar serta mengeluarkan suara-suara aneh lainnya.
Kab. Lima Puluh Kota lainnya Pariwisata Kab. Lima Puluh Kota lainnya

  Copyright ©2008 Perum ANTARA Sumatera Barat | All Rights Reserved

0 komentar:

Video Seni Budaya

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites